Konsep
Total Productive Maintenance (TPM) pertama kali diterapkan di Jepang pada tahun
1971. Konsep TPM mencakup semua hal yang berhubungan dengan Maintenance
termasuk implementasinya di lapangan. Pada TPM mengikut sertakan pekerja dari
bagian produksi untuk ambil bagian dalam kegiatan maintenance tersebut. Hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi kerusakan semaksimal mungkin. Dengan TPM
diharapkan akan terjadi kerjasama yang baik antara bagian maintenance dan
Produksi. Kegiatan TPM mencakup :
- Operator
mesin ikut bertanggung jawab terhadap kondisi mesinnya dan sebisa mungkin
harus dapat ikut ambil bagian dalam kegiatan maintenance awal seperti
misalnya memberikan pelumasan, membersihkan mesin dan daerah sekitar serta
berperan serta aktif dalam inspeksi karena yang pertama kali mengetahui
kondisi mesin tersebut adalah operator.
- Teknisi-teknisi
maintenance hanya akan bertugas pada masalah-masalah serius seperti
misalnya apabila ada trouble dan repair.
- Dibentuknya
staff teknik khusus untuk menganalisa siklus kualitas dari masalah yang
timbul, memberikan ide pengembangan yang menguntungkan serta dapat
memberikan pandangan tentang maintenance yang berkualitas.
Institusi
Management Pabrik di Jepang menganggap bahwa TPM harus dapat diaplikasikan pada
sebuah organisasi dengan membagi menjadi 12 langkah sebagai berikut :
- Sebuah
keputusan pada level tertinggi, sebisa mungkin harus melalui hasil
perundingan dengan staffnya.
- Pendidikan
dan latihan teknis dilakukan melalui seminar atau pertemuan rutin.
- Semua
kegiatan atau gagasan harus tertuju pada peningkatan TPM.
- Melakukan
survey dan analisa secara umum pada semua perlengkapan secara seksama.
- Memberikan
sebuah rencana kerja.
- Menetapkan
rencana kerja tersebut sebagai sebuah langkah kerja yang harus
dilaksanakan.
- Meningkatkan
kesiapan tim termasuk masing-masing mesin yang ada.
- Mangoptimalkan,
dari masalah ekonomis sampai dengan sebuah pelayanan maintenance yang baru
yang akan dikembangkan.
- Pengembangan
pada sistem maintenance itu sendiri.
- Memberikan
pelatihan-pelatihan pada operator untuk membuka pandangan dan wawasan baru
pada pola kerjanya.
- Membiasakan
untuk selalu merancang sebuah sistem management yang handal.
- Setelah
melewati periode tertentu, taksir perubahan yang dihasilkan, tentukan
maksud dan tujuan baru yang akan dilaksanakan kemudian pada program
berikutnya.
Pada
dasarnya kunci keberhasilan dari TPM adalah motivasi dan pelatihan-pelatihan
pada staffnya secara berkesinambungan. Obyek utama dalam TPM adalah :
- Pengurangan
waktu tunda antara kesiapan mesin sampai dengan waktu produksi.
- Peningkatan
kesiapan perlengkapan, menambah sebagian waktu produksi.
- Penjagaan
umur peralatan produksi agar bisa panjang.
- Mengikutsertakan
pemakai mesin dalam kegiatan maintenance didukung dengan teknisi-teknisi
maintenance.
- Membuat
rutinitas yang didasarkan pada kondisi preventive maintenance.
- Meningkatkan
tingkat pemeliharaan pada perlengkapan dengan menggunakan sistem yang
handal untuk mandiagnosa masalah dengan mempertimbangkan pada perancangan
dasarnya.
Sampai saat ini kegiatan maintenance suatu pabrik di Indonesia secara keseluruhan dikerjakan oleh bagian maintenance. Untuk pabrik-pabrik ukuran kecil bagian maintenance dalam struktur organisasinya berada di bawah bagian produksi. Kedua bagian ini memiliki orientasi kerja yang berbeda dan kadangkadang berlawanan. Hal ini menyebabkan ketidakselarasan antara kedua bagian ini yang dapat merugikan perusahaan secara keseluruhan.
Tindakan-tindakan pencegahan perlu segera diambil dengan merubah pola kerja lama dimana seluruh kegiatan maintenance hanya dikerjakan oleh bagian maintenance, menjadi pola kerja baru dimana tidak seluruh kegiatan maintenance ditimpakan kepada bagian maintenance, tetapi sebagian pekerjaan maintenance ikut dikerjakan oleh bagian-bagian lain dalam struktur organisasi perusahaan. Dengan kata lain seluruh karyawan perusahaan tanpa kecuali wajib melakukan pekerjaan maintenance sesuai dengan bagian masing-masing. Pekerjaan-pekerjaan maintenance yang dapat dikerjakan oleh bagian-bagian lain tersebut terbatas pada pekerjaan-pekerjaan antara lain :
- Membersihkan
debu dan kotoran-kotoran lain yang mengganggu peralatan produksi
perbaikan-perbaikan ringan, memberi pelumasan bila diperlukan,
mengencangkan bagian-bagian kendur.
- Mencegah
datangnya debu dan kotoran-kotoran lain yang mengganggu, memikirkan
cara-cara maintenance yang lebih baik.
- Membakukan
tata cara kerja maintenance pada kasus-kasus tertentu dan disepakati
bersama.
- Melakukan
pekerjaan-pekerjaan inspeksi dan perbaikan-perbaikan ringan.
Bila
pekerjaan seperti membersihkan dan inspeksi serta perbaikanperbaikan ringan
sudah dikerjakan secara rutin oleh bagian-bagian lain di luar bagian
maintenance khususnya oleh operator-operator bagian produksi maka beban atau
tugas yang dikerjakan oleh bagian maintenance sudah berkurang sehingga bagian
maintenance dapat mengkonsentrasikan kegiatannya pada masalah-masalah
corrective agar diperoleh hasil yang lebih andal.
Hasil pekerjaan-pekerjaan corrective yang lebih handal akan mengurangi down time sehingga interupsi terhadap jadwal produksi akan berkurang. Dengan diserahkan sebagian tugas-tugas maintenance kepada bagian-bagian lain, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran para karyawan/operator akan pentingnya atau manfaatnya pekerjaan maintenance ini bagi kehandalan dan kemajuan perusahaan yang dapat menjamin kelangsungan hidup para karyawan/operator yang bersangkutan. Meskipun demikian perlu disadari bahwa pengalihan sebagian tugas-tugas maintenance ini kepada bagian lain pada mulanya akan mengalami hambatan-hambatan atau tantangan-tantangan. Oleh karenanya pengalihan sebagian tugas-tugas maintenance ini perlu dilakukan secara bertahap
Tahap pertama adalah menyadarkan bahwa maintenance dan merapikan suatu alat kerja adalah suatu proses yang bersifat mendidik yang secara langsung atau tidak langsung membangkitkan rasa ingin tahu terhadap segala sesuatunya dari alat yang sedang dibersihkan, misalnya :
Hasil pekerjaan-pekerjaan corrective yang lebih handal akan mengurangi down time sehingga interupsi terhadap jadwal produksi akan berkurang. Dengan diserahkan sebagian tugas-tugas maintenance kepada bagian-bagian lain, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran para karyawan/operator akan pentingnya atau manfaatnya pekerjaan maintenance ini bagi kehandalan dan kemajuan perusahaan yang dapat menjamin kelangsungan hidup para karyawan/operator yang bersangkutan. Meskipun demikian perlu disadari bahwa pengalihan sebagian tugas-tugas maintenance ini kepada bagian lain pada mulanya akan mengalami hambatan-hambatan atau tantangan-tantangan. Oleh karenanya pengalihan sebagian tugas-tugas maintenance ini perlu dilakukan secara bertahap
Tahap pertama adalah menyadarkan bahwa maintenance dan merapikan suatu alat kerja adalah suatu proses yang bersifat mendidik yang secara langsung atau tidak langsung membangkitkan rasa ingin tahu terhadap segala sesuatunya dari alat yang sedang dibersihkan, misalnya :
- Bagaimana
cara alat ini bekerja.
- Darimana
datangnya debu yang mengotori alat ini.
- Bagaimana
cara memasang dan mengencangkan baut-baut yang lepas.
- Bagaimana
membedakan suara mesin yang normal dan yang tidak normal.
Tahap
kedua memberikan pengertian bagaimana caranya agar peralatan
produksi tidak mudah terkena debu atau kotoran-kotoran lain yang mengganggu.
Misalnya dengan memberikan tutup atau alat pelindung lainnya agar mesin
peralatan produksi terhindar dari debu atau kotoran. Makin besar tanggung jawab
yang dibebankan kepadanya atas peralatan produksi yang harus dipeliharanya,
makin besar keinginannya untuk menjaga peralatan produksi tersebut tetap bersih
dan terpelihara.
Tahap ketiga, bila kesadaran yang ditanamkan pada tahap 1 dan 2 sudah tercapai maka tahap berikutnya adalah menugaskan secara rinci dan terjadwal pekerjaan-pekerjaan maintenance yang nanti menjadi tugas rutinnya. Para karyawan/operator dibiasakan mempelajari dan mengerjakan instruksiinstruksi yang terdapat dalam manual instruction book secara disiplin. Misalnya operator diwajibkan tiap hari 10 menit untuk membersihkan/memeriksa dan memberi minyak pelumas pada peralatan -peralatan produksi sebelum dan sesudah operasi. Tiap akhir minggu disediakan waktu 10 menit untuk membersihkan/memeriksa dan memberi minyak pelumas pada peralatan peralatan produksi sebelum atau sesudah operasi. Tiap akhir minggu disediakan waktu 30 menit dan tiap akhir bulan disediakan waktu 60 menit khusus untuk membersihkan dan memeriksa system pelumasan pada peralatan produksi iperalatan produksi yang bersangkutan.
Tahap keempat, para karyawan /operator diwajibkan mengikuti training/latihan yang berkaitan dengan kegiatan maintenance khususnya dalam bidang inspeksi peralatan produksi secara umum. Kegiatan tahap keempat ini memakan waktu agak lama karena setiap karyawan/operator dituntut mengembangkan kemampuannya untuk dapat mengamati adanya ketidakberesan pada suatu peralatan produksi yang menjadi tanggung jawabnya
Pada tahap kelima, karyawan/operator dilatih untuk membuat Check List Form atau tabel-tabel untuk keperluan inspeksi bagian-bagian peralatan produksi. Untuk keperluan ini dari para karyawan/operator dituntut wawasan pengetahuan yang lebih tinggi mengenai beberapa peralatan produksinya.
Kemudian tabel-tabel ini bila telah disepakati bersama akan menjadi tabel yang baku.
Tahap keenam, kepada karyawan/operator akan diperkenalkan organisasi kerja perusahaan sehingga wawasannya lebih luas mengenai seluk beluk perusahaan dan setelah menghayatinya akan timbul rasa memiliki (sense of belonging) terhadap perusahaan ini dan secara sadar dan otomatis akan memelihara peralatan produksi dengan baik seperti miliknya sendiri.
Tahap ketiga, bila kesadaran yang ditanamkan pada tahap 1 dan 2 sudah tercapai maka tahap berikutnya adalah menugaskan secara rinci dan terjadwal pekerjaan-pekerjaan maintenance yang nanti menjadi tugas rutinnya. Para karyawan/operator dibiasakan mempelajari dan mengerjakan instruksiinstruksi yang terdapat dalam manual instruction book secara disiplin. Misalnya operator diwajibkan tiap hari 10 menit untuk membersihkan/memeriksa dan memberi minyak pelumas pada peralatan -peralatan produksi sebelum dan sesudah operasi. Tiap akhir minggu disediakan waktu 10 menit untuk membersihkan/memeriksa dan memberi minyak pelumas pada peralatan peralatan produksi sebelum atau sesudah operasi. Tiap akhir minggu disediakan waktu 30 menit dan tiap akhir bulan disediakan waktu 60 menit khusus untuk membersihkan dan memeriksa system pelumasan pada peralatan produksi iperalatan produksi yang bersangkutan.
Tahap keempat, para karyawan /operator diwajibkan mengikuti training/latihan yang berkaitan dengan kegiatan maintenance khususnya dalam bidang inspeksi peralatan produksi secara umum. Kegiatan tahap keempat ini memakan waktu agak lama karena setiap karyawan/operator dituntut mengembangkan kemampuannya untuk dapat mengamati adanya ketidakberesan pada suatu peralatan produksi yang menjadi tanggung jawabnya
Pada tahap kelima, karyawan/operator dilatih untuk membuat Check List Form atau tabel-tabel untuk keperluan inspeksi bagian-bagian peralatan produksi. Untuk keperluan ini dari para karyawan/operator dituntut wawasan pengetahuan yang lebih tinggi mengenai beberapa peralatan produksinya.
Kemudian tabel-tabel ini bila telah disepakati bersama akan menjadi tabel yang baku.
Tahap keenam, kepada karyawan/operator akan diperkenalkan organisasi kerja perusahaan sehingga wawasannya lebih luas mengenai seluk beluk perusahaan dan setelah menghayatinya akan timbul rasa memiliki (sense of belonging) terhadap perusahaan ini dan secara sadar dan otomatis akan memelihara peralatan produksi dengan baik seperti miliknya sendiri.
No comments:
Post a Comment