Sunday, 12 July 2015

Rancangan-rancangan organisasi

B. Rancangan organisasi dalam berbagai perspektif;
      Secara umum organisasi formal dianalisa dari segi sifat-sifatnya, strukturnya dan bentuk rancangannya berupa desain organisasi. Desain organisasi menekankan sisi manajemen dari teori organisasi, dalam arti untuk merancang suatu organisasi perlu dilakukan dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen dalam desain organisasi. Desain organisasi mempertimbangkan konstruksi (membangun) dan mengubah struktur (memperbaharui) organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Perancang desain organisasi menciptakan suatu cara atau rencana untuk mencapai tujuan.        Pada pembentukan rancangan sebuah organisasi rencana tersebut berupa bagan organisasi. Bagaimana cara-cara merancang organisasi untuk membantu pencapaian tujuan, yaitu dimulai dengan memahami perspektif manajerial, yang secara konsisten mencari penerapan yang potensial di dalam konsep-konsep rancangan organisasi. Tentunya dalam merancang sebuah organisasi dimulai dengan perencanaan yang matang didalamnya mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang ingin diwujudkan dalam tujuan organisasi, kemudian masuk pada proses pelaksanaan yang melibatkan keseluruhan kegiatan, dan interaksi para personil sampai pada evaluasi dan pengendalian.

C. Pandangan struktural;
          Dalam pandangan struktural organisasi diperlukan adanya koordinasi pola interaksi para anggota organisasi secara formal. Struktur organisasi menetapkan bagaimana tugas akan dibagi, siapa melapor kepada siapa, dan mekanisme koordinasi yang formal serta pola interaksi yang akan diikuti. Sebuah struktur organisasi mempunyai tiga komponen yang harus diperhatikan, yaitu; kompleksitas, formalisasi dan sentralisasi. Kompleksitas mempetimbangkan tingkat differensasi atau perbedaan yang ada dalam organisasi yang meliputi tingkat pembagian kerja, jumlah tingkatan di dalam hierarkhi organisasi, serta tingkat sejauhmana unit-unit organisasi tersebar secara menyeluruh.                        Kompleksitas pada sebuah organisasi dipengaruhi oleh besar kecilnya organisasi tersebut, semakin besar kekuatan sebuah organisasi maka akan semakin kompleks juga struktur organisasi yang ada di dalamnya. Formalisasi merupakan tingkatan pada sejauhmana sebuah organisasi menyandarkan dirinya kepada peraturan dan prosedur untuk mengatur perilaku dari para pegawainya.          Dengan struktur organisasi yang besar, maka akan semakin sulit mengawasi dan mengendalikan para anggota organisasi di dalam efektifitas kinerja organisasi. Untuk itu, diperlukan adanya peraturan dan pedoman operasional standar organisasi dalam performansi kerja dari para anggota organisasi, baik di tingkat bawahan maupun pada tingkat manajer.
           Sentralisasi memperlihatkan pengambilan keputusan puncak oleh manajer. Kekuasaan tertinggi terdapat pada manajemen puncak dan memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan-keputusan penting mengenai persfektif organisasi. Dalam pandangan structural kondisi ini masih dianggap relevan diterapkan pada organisasi-organisasi yang sangat besar, namun tidak menutup kemungkinan diperlukan adanya sstem desentralisasi untuk mengambil aspirasi dari para anggota organisasi.

D. Pandangan perilaku;
          Perilaku organisasi mengambil pandangan mikro yang memberi tekanan pada individu-individu dan kelompok-kelompok kecil. Pandangan perilaku dalam organisasi memfokuskan diri kepada perilaku di dalam organisasi dan prestasi yang dibentuk dari sikap para pegawai dalam melaksanakan produktivitas kerja dalam hal mekanisme kerja dan kepuasan kerja pegawai. 
              Perilaku organisasi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor individual yang melekat pada diri anggota organisasi, yang meliputi; persepsi, nilai-nilai, pengetahuan, motivasi, serta kepribadian. Termasuk didalamnya terdapat perilaku kelompok, meliputi; peran, status kepemimpinan, kekuasaan, komunikasi dan konflik. Dalam pandangan perilaku organisasi, anggota organisasi dipandang dalam struktur yang sempit. 
            Didalamnya hanya mengatur interaksi antar individu atau kelompok, misalnya dalam memberi penekanan pada masalah konflik, pandangan perilaku organisasi berpandangan bahwa konflik disebabkan karena perbedaan kepribadian dan komunikasi yang lemah bukan karena masalah koordinasi antar unit. Pendekatan perilaku memandang organisasi dapat dipelajari dari pola tingkah laku. Studi ini melihat dan mengidentifikasi perilaku yang khas dari manajer dalam kegiatannya untuk mempengaruhi anggota organisasi. 
           Perilaku manajer ini dapat berorientasi pada tugas keorganisasian ataupun pada hubungan dengan anggota kelompoknya. Perilaku manajer dapat dikategorikan sebagai perilaku yang berorientasi pada tugas (task oriented) dan perilaku yang berorientasi pada hubungan interelasi pada bawahan (employee oriented). 
           Menurut Hemphil dan Coons, melihat organisasi dari perilaku manajer dan bawahannya yang dikenal dengan istilah struktur tugas (initiating structure) dan tenggang rasa (consideration). Initiating structure ialah cara manajer melukiskan hubungannya dengan bawahan dalam usaha menetapkan pola organisasi, saluran komunikasi, dan metode atau prosedur yang dipakai di dalam organisasi. Sedangkan yang dimaksud dengan consideration adalah perilaku yang berhubungan dengan persahabatan, saling mempercayai, saling menghargai, kehangatan, perhatian dan keakraban, hubungan antara manajer dengan anggota organisasi. 
         Kedua perilaku organisasi tersebut tidak saling mempengaruhi perilaku yang lain. Dengan demikian, seorang manajer dapat sekaligus berperilaku initiating structure dan conciderstion dalam derajat yang sama-sama tinggi atau sama-sama rendah. Dari penelitian ditemukan apabila manajer berperilaku initiating structure dan conciderstion, maka sangat kecil kemungkinan untuk terjadinya ketidakpuasan anggota organisasi.

E. Pandangan teori situasional
           Pandangan teori situasional dalam organisasi, memandang bahwa dalam penyelesaian masalah organisasi dapat dituntaskan dengan menggunakan metode-metode yang sesuai dengan situasi dan kondisi pada saat itu. Teori situasional dikembangkan oleh Paul Hersey dan Keneth H. Blancard.                  Teori situasional merupakan perkembangan yang mutakhir dari teori organisasi. Model ini didasarkan pada hubungan garis lengkung atau curva linier diantara perilaku tugas dan perilaku hubungan dan kematangan. Teori ini mencoba menyiapkan perangkat organisasi dengan beberapa pengertian mengenai hubungan diantara para anggota organisasi yang efektif dan tarap kematangan yang dimiliki anggota organisasi tersebut. 
           Teori situasional organisasi memiliki beberapa variabel diantaranya manajer, bawahan, atasan, organisasi, tuntutan kerja dan waktu, yang terlibat dalam teori situasional, namun penekanan tetap terletak pada hubungan manajer dengan anggota organisasi. Anggota organisasi merupakan faktor yang paling menentukan dalam suatu peristiwa dalam organisasi. Teori ini berasumsi bahwa manajer yang efektif tergantung pada taraf kematangan anggota organisasi, dan kemampuan manajer untuk menyesuaikan orientasinya, baik orientasi tugas ataupun hubungan antar manusia. 
       Makin matang anggota organisasi, manajer harus mengurangi tingkat struktur tugas dan menambah orientasi hubungannya. Pada saat individu atau kelompok bergerak dan mencapai rata-rata kematangan manajer harus mengurangi baik hubungannya maupun orientasi tugasnya. Keadaan ini berlangsung sampai anggota organisasi mencapai kematangan penuh, dimana mereka sudah dapat mandiri baik dilihat dari kematangan kerjanya ataupun kematangan psikologisnya. Jadi teori situasional ini menekankan pada kesesuaian antara gaya manajer dengan tingkat kematangan anggota organisasinya.

Tujuan : Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan membuat rancangan-rancangan organisasi.

2 comments: